translate this blog

Translate this page from Indonesian to the following language!

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Widget edited by Bahauddin Amyasi



Senin, Mei 18, 2009

Sekilas tentang Duet Mega-Prabowo


Setelah melalui proses alot dan panjang, pasangan Calon Presiden (Capres) Megawati Soekarnoputri (Ketua Umum DPP PDIP) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) Prabowo Subianto (Ketua Dewan Pertimbangan DPP Partai Gerindra) akhirnya disepakati dan diumumkan, di Rumah Perjuangan Jalan Teuku Umar, Jakarta, tengah malam Jumat 15 Mei 2009. Kesepakatan pasangan Capres-Cawapres yang diusung PDI Perjuangan dan Gerindra, ternyata tidak lagi hanya melahirkan suatu kesatuan visi-misi melainkan sudah sampai pada pembagian tugas yang akan diemban jika memenangkan pertarungan dan menjadi pemimpin negeri ini. Dari sisi nilai-nilai yang diperjuangkan, kedua partai mempunyai komitmen besar pada Pancasila, kedulatan ekonomi, berpihak pada wong cilik, petani, nelayan, guru, pedagang kecil, dan mereka yang sampai saat ini masih dalam keadaaan susah.
Prabowo Subianto adalah putera dari begawan ekonomi Sumitro Djojohadikusumo, dan mantan menantu Presiden Soeharto, kelahiran Jakarta, 17 Oktober 1951. Sejarah mencatat, pengabdian 24 tahun Prabowo dalam dinas militer tidak sekadar mengantarkannya menjadi jenderal berbintang tiga. Namun, sekaligus meneguhkan reputasi pribadinya, hingga tercatat sebagai salah seorang tokoh yang berperan dan menjadi saksi penting dalam sejarah republik. Sebagai perwira TNI AD, reputasi alumnus Akabri Magelang (1974) ini memang membanggakan. Karier militernya banyak diisi dengan penugasan di satuan tempur . Pada masanya, Prabowo bahkan sempat dikenal sebagai the brightest star, bintang paling bersinar di jajaran militer Indonesia. Dialah jenderal termuda yang meraih tiga bintang pada usia 46 tahun. Ia juga dikenal cerdas dan berpengaruh, seiring dengan penempatannya sebagai penyandang tongkat komando di pos-pos strategis TNI AD.
Setelah hiruk-pikuk 1998 berlalu, yang berujung dengan berakhirnya masa dinas militernya, Prabowo kemudian terbang ke Inggris, sebelum bermukim di Yordania. Dari sinilah, ia mulai merintis karier sebagai pengusaha. Prabowo sebenarnya tak terlalu asing dengan dunia usaha. Apalagi, selain ayahnya, anggota keluarga yang lain umumnya juga menekuni dunia bisnis.
Nama mantan Pangkostrad dan Komjen Kopassus ini kembali mencuat, menyusul keikutsertaannya dalam konvensi calon presiden Partai Golkar tahun 2004 lalu dan juga aktif di kegiatan antara lain keanggotaan dalam organisasi politik sebagai Dewan Penasihat Organisasi Kosgoro,
keanggotaan alam Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Ketua Yayasan Pendidikan Kebangsaan (Universitas Kebangsaan), Ketua Majelis Perhimpunan Keluarga Mahasiswa Dan Alumni Supersemar, Pendiri Koperasi Swadesi Indonesia (Ksi) Dengan 14 Cabang Di 4 Provinsi di Indonesia, Ketua Yayasan 25 Januari, Ketua Umum PB Ikatan Pencaksilat Seluruh Indonesia (IPSI)
Setelah Gerindra lolos seleksi sebagai partai peserta Pemilu 2009 oleh KPU, ia pun menjadi Ketua Dewan Pertimbangan DPP Partai Gerindra yang pada awalnya Prabowo masih berada (memimpin) ‘dari luar’ Gerindra karena Ia masih menjabat Anggota Dewan Penasihat DPP Partai Golkar. Prabowo tampil sebagai personifikasi Partai Gerindra. Ia bergerak dengan cekatan sehingga Partai Gerindra berhasil lolos parliamentary threshold dengan meraih 4.646.406 (4,46 persen) suara atau 26 kursi DPR dalam Pemilu Legislatif 9 April 2009.
Megawati Soekarnoputri terpilih menjadi Ketua Umum DPP PDI (1993-1998), pemerintah Orde Baru menekannya dengan keras. Namun, dia teguh dalam perjuangan dan tetap juga diam. Sehingga, Megawati patut disebut sebagai simbol penerima tekanan Orde Baru. Sekaligus simbol perlawanan secara damai dan tak banyak bicara. Hingga terjadi insiden 27 Juli 1996 kelompok Soerjadi benar-benar merebut kantor DPP PDI dari pendukung Mega. Puluhan pendukung Mega tewas pada Peristiwa 27 Juli itu. Aksi penyerangan itu berbuntut pada kerusuhan massal di Jakarta. Beberapa aktivis pemuda dan mahasiswa ditangkap dan dipenjara. Kemudian Megawati membuat partai tandingan dari PDI yaitu PDI Perjuangan dan mulai ikut Pemilu 1999, dia dicalonkan jadi Cawapres mendampingi Capres Gus Dur. Dalam pemilihan mereka menang, Gus Dur jadi Presiden dan Megawati wakilnya. Namun baru berjalan 2 tahun Gus Dur diturunkan oleh MPR atas tuntutan mahasiswa, Megawati naik jadi Presiden menggantikan Gus Dur hingga tahun 2004. Kemudian mencalonkan kembali menjadi Presiden tuk periode 2004-2009 dengan Cawapres Hasim Muzadi tapi kalah.

0 komentar:

Lorem Ipsum

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP